Senin, 30 Mei 2011

Komisioner KPK


Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenhukham) RI, hari ini (30/5), secara resmi membuka pendaftaran calon anggota Komisi Pemberantasan Korupsi (komisioner KPK). Sesuai dengan aturan perundang-undangan, panitia seleksi yang ditetapkan oleh pemerintah dhi Kemenhukham, menerima pendaftaran, menyeleksi dan kemudian menetapkan sejumlah nama yang akan di  fit and proper test oleh DPR.

Sadar sebagai rakyat yang mengerti hukum dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, penulis bermaksud untuk mengemukakan pendapat terkait  dengan dimulainya masa pendaftaran calon anggota KPK.

Sejujurnya, KPK dibawah kepemimpinan Antasari Azhar telah membawa harapan yang begitu besar dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi di negeri ini. Namun, kondisi dan kenyataan yang ada telah membuyarkan harapan sebagian besar rakyat Indonesia, disaat Antasari sudah mulai action, situasi berubah dengan cepat dan terjadilah sesuatu yang telah kita ketahui bersama sehingga kinerja KPK tidak lagi sesuai dengan harapan.

Dengan dimulainya pendaftaran calon anggota KPK yang baru, penulis berharap dan memohon kerendahan hati para komisioner KPK saat ini, Busyro Mukaddas, Bibit S Riyanto, Haryono, M Jasin dan Chandra M Hamzah, agar tidak lagi mendaftarkan diri dan memberi kesempatan kepada yang lain untuk duduk sebagai anggota KPK. Sesungguhnya memang menjadi hak dari para komisioner ini untuk mendaftar kembali, tetapi sekali lagi penulis mengetuk hati bapak-bapak yang terhormat ini untuk legowo memberi kesempatan pada yang lain.

Tanpa ingin mencampuri atau mengganggu proses pendaftaran, yang tentu saja membuka kesempatan kepada siapa saja yang berminat dan sekaligus merasa mampu untuk duduk sebagai komisioner KPK, melalui kesempatan ini penulis mengajukan lima nama yang juga dikenal sebagai tokoh yang memiliki integritas, kemampuan dan rekam jejak yang tak perlu diragukan lagi.

Mereka adalah, Bambang Widjojanto, Syafii Maarif, Benyamin Mangkudilaga, Arbi Sanit dan Anis Baswedan. Di dalam benak penulis, di tangan para komisioner inilah kelak kita dapat menaruh harapan yang besar untuk memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya di negeri tercinta ini.

Sekali lagi, tanpa mengecilkan minat dan kehendak bagi siapa saja yang hendak mengabdikan diri sebagai komisioner KPK, penulis dan mungkin juga sebagian besar rakyat Indonesia setuju dengan kelima nama tersebut, tentu disertai harapan agar tindak pidana korupsi yang semakin hari semakin menjadi-jadi di republik ini, secara bertahap namun signifikan dapat segera diberantas demi kemaslahatan dan kesejahteraan bangsa Indonesia ke depan.
Semoga…

Rabu, 25 Mei 2011

Ketika Tina Talisa Jadi Presenter 'Santapan Rohani'

Pagi dinihari ini saya agak sedikit terkejut menyaksikan Tina Talisa, yang setiap malam dengan setia memandu program talk-show di sebuah stasiun televisi Ibukota, kok tiba-tiba tampil membawakan acara 'santapan rohani' yang selama ini dikawal oleh pesinetron Cheche Kirani. "Mungkinkah program talk-show-nya Tina Talisa beralih waktu tayang?," tanya saya membathin.


Untungnya keterkejutan itu tak berlangsung lama, karena Tina Talisa lalu menjelaskan bahwa dia bertugas membawakan acara 'santapan rohani' dalam rangkaian peringatan ulangtahun stasiun televisi tempatnya bekerja. Meski tampil di waktu dan acara/program yang berbeda, ternyata sarjana ilmu kedokteran gigi Universitas Pajajaran (Unpad) Bandung, ini, mampu menunjukkan kepiawaiannya sebagai seorang presenter yang siap action kapan dan di mana pun.


Tina bahkan seperti sudah terbiasa  dengan tugas memandu acara 'santapan rohani', terbukti dia bisa mengantar dan menyesuaikan dengan gaya ustad Taufikurrahman yang merupakan salah satu pengisi acara tetap 'santapan rohani' bersama Cheche Kirani. Hanya saja,dalam kalau program rutin setiap dinihari ini selalu dihadiri oleh setidaknya dua kelompok pengajian ibu-ibu dan remaja/siswi SLTA, kali ini Tina Talisa hanya mendampingi ustad pengisi acara.


Topik yang menjadi bahasan pagi ini berhubungan dengan peringatan ulangtahun stasiun televisi ybs, yakni bagaimana melakukan introspeksi sepanjang usia perjalanan kita dalam arti pandai mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT, sekaligus menyatakan tekad dan berusaha untuk mencapai hasil di masa mendatang lebih baik daripada yang telah dicapai di masa lalu dan sekarang ini.


Dalam kesempatan itu Tina Talisa sekaligus meminta tausiyah mengenai introspeksi terkait dengan tugas-tugas dan pekerjaan insan pers dalam sebuah institusi media. Dia menanyakan, seperti apakah bentuk introspeksi yang harus dilakukan. Ustad Taufikurrahman mengatakan, yang terpenting adalah upaya untuk selalu mawas diri sekaligus menyadari apakah tekah berbuat keliru dan kemudian berusaha memperbaikinya di samping juga berusaha untuk melakukan hal-hal yang terbaik. Kesadaran atas kekeliruan di masa lalu atau pun kesadaran telah melakukan kesalahan merupakan bentuk introspeksi yang memang disebutkan baik dalam Al-Quran maupun Hadits Nabi Muhammas SAW.


Tina Talisa menimpali hal itu dengan mengungkapkan rasa syukurnya karena sudah menjalankan tugas memandu acara 'santapan rohani' sekaligus mendapatkan ilmu yang dinilainya akan sangat bermanfaat dalam menjalankan tugas pekerjaannya sehari-hari. "Tentu saja dengan harapan, apa yang saya dapatkan ini juga bermanfaat bagi rekan-rekan lainnya," ujarnya.

(foto : yahoo/kapanlagi.com)

Senin, 23 Mei 2011

Ancaman Sanksi FIFA

Pasca kongres PSSI yang gagal pada tanggal 20 Mei 2011, beraneka tanggapan, pernyataan, pendapat, kritik bahkan kecaman, muncul baik dari pihak-pihak yang terlibat dalam hal ini penanggungjawab/penyelenggara dan peserta kongres, maupun dari berbagai elemen masyarakat, media, pengamat, wakil rakyat serta insan persepakbolaan di tanah air.

Umumnya masyarakat menyayangkan dan menyesalkan ulah kelompok tertentu yang berusaha memaksakan kehendak, sehingga berujung pada kegagalan kongres dalam mengambil keputusan yakni memilih Ketua Umum, Wakil Ketua Umum dan Komite Eksekutif PSSI. Sementara itu, muncul pula pendapat yang menyatakan, Indonesia tidak perlu khawatir dengan ancaman sanksi yang bakal dijatuhkan oleh FIFA.

Kekhawatiran terhadap sanksi FIFA bukannya tanpa alasan. Dengan sanksi itu, Indonesia tak akan lagi bisa bermain atau mengirimkan tim ke semua pertandingan di mancanegara, yang sekaligus akan membatalkan keikutsertaan 2 klub/perserikatan yang sudah dijadualkan berlaga di kejuaraan 16 besar AFC Cup pada waktu bersamaan tgl 25 Mei 2011, Persipura di Vietnam dan Sriwijaya FC di Thailand.

Yang paling fatal adalah kenyataan bahwa kesebelasan Indonesia tidak akan tampil membela bendera merah putih dalam ajang pesta olahraga Sea Games. Ini tentu ironis, anak-anak bangsa yang sudah berlatih mempersiapkan diri dan digembleng dengan latihan militer di Pusdik Kopassus Batujajar, terpaksa harus gigit jari duduk sebagai penonton dalam pertandingan sepakbola  yang berlangsung di negerinya sendiri.

Bukan itu saja, bayang-bayang sanksi FIFA juga melanda sejumlah wasit nasional yang secara otomatis akan terkena imbas apabila benar-benar dijatuhkan kepada Indonesia. Beberapa wasit yang kini sedang bertugas di luar negeri, terpaksa harus kembali ke tanah air jika FIFA memutuskan sanksi tersebut tgl 30 Mei 2011 mendatang.

Belum lagi dampak psikologis bagi anak-anak dan kalangan remaja yang sangat berharap suatu saat bisa menjadi pemain klub, perserikatan bahkan pemain nasional, namun kini jadi kecewa setelah melihat perseteruan yang terjadi dalam Kongres PSSI.

Di sisi lain, pihak yang tidak mengkhawatirkan sanksi FIFA, mengemukakan alasan bahwa dalam masa berlakunya sanksi tersebut bisa dimanfaatkan untuk melakukan konsolidasi, membenahi organisasi dan kesempatan bagi para pemain untuk berlatih dengan sebaik-baiknya. Terkait hal ini, mantan Menpora Adhyaksa Dault dengan tegas mengecam Manajer Persebaya Saleh Mukadar yang dinilai emosional dan sama sekali tidak berdasar dalam menyikapi ancaman sanksi FIFA. "Tidak seharusnya dia (Saleh Mukadar. Red) melontarkan sikap yang mengabaikan sanksi FIFA," ujarnya.

Dalam kesempatan terpisah, anggota Dewan Pers yang juga CEO Tempo Bambang Harimurti saat tampil dalam talk show di sebuah stasiun televisi, mengatakan, sanksi FIFA merupakan hal yang biasa-biasa saja dan tidak perlu dibesar-besarkan. Menurutnya, sejumlah negara juga terkena sanksi FIFA namun akhirnya bisa kembali berjaya dalam berbagai event dunia.

Bambang juga menilai, dinamika yang berkembang dalam kongres PSSI di Hotel Sultan jamak terjadi pada berbagai sidang organisasi dan parlemen di mancanegara. "Saya rasa apa yang terjadi di Kongres PSSI itu masih dalam batas kewajaran," katanya.

Bukan maksud penulis mempermasalahkan kongres PSSI dengan segala akibatnya, namun tidak sependapat dengan pernyataan Bambang Harimurti terkait sanksi FIFA. Bagaimana pun, kita harus tetap memperhatikan sekaligus mempertimbangkan aspirasi masyarakat bangsa Indonesia khususnya insan persepakbolaan yang bakal dirugikan bila sanksi tersebut dijatuhkan.

Sanksi FIFA di depan mata jelas akan memupus harapan dan kesempatan bagi timnas dan perserikatan untuk berjuang meraih prestasi. Kepentingan nasional membela dan mengharumkan nama bangsa di atas segala-galanya haruslah lebih diutamakan daripada ambisi dan kepentingan individu/kelompok tertentu. Mengutip mantan pemain nasional Yohannes Auri, "bukan perkara mudah untuk melobi FIFA kalau hukuman sudah dijatuhkan, karenanya saya menyesalkan pihak yang meremehkan ancaman sanksi FIFA."

Kita pasti legowo menerima sanksi FIFA apabila itu dijatuhkan karena Indonesia mempertahankan hal yang prinsip dan membela martabat/harga diri bangsa, bukan karena ulah sekelompok orang yang punya kepentingan dan memaksakan kehendaknya dalam kongres PSSI. Patut dipertanyakan kepada semua pihak yang mengaku punya kepedulian dalam memajukan persepakbolaan di tanah air, mengapa sulit mencapai kata sepakat untuk memilih dan menetapkan pengurus PSSI sesuai dengan agenda yang sudah disiapkan?.

Misi Ketua Komite Normalisasi (KN) PSSI Agum Gumelar yang akan melaporkan secara resmi pelaksanaan kongres kepada FIFA, tgl 28 Mei 2011 mendatang, patut didukung oleh seluruh bangsa Indonesia yang cinta dan peduli pada kelangsungan pembinaan sepakbola tanah air. Harapan kita, Pak Agum Gumelar kembali ke tanah air membawa kabar yang menyejukkan sekaligus memberi harapan untuk mewujudkan suasana kondusif bagi organisasi PSSI ke depan dan tentu saja bagi persepakbolaan di tanah air pada umumnya.

Sabtu, 21 Mei 2011

Yuk Jalan-jalan Gratis

Pengen jalan-jalan gratis ke Pulau Komodo? (tiket pesawat dari Jakarta ke tempat tujuan PP, akomodasi, konsumsi dan uang saku, sepenuhnya ditanggung oleh pengundang).., ikuti kuisnya, klik di,


http://www.indonesia.travel/quiz/index.php?fuid=1623152499